HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TAROGONG GARUT
DOI:
https://doi.org/10.36465/jkbth.v18i2.402Abstract
Penyakit tuberkulosis (TBC) adalah penyakit kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Pengobatan pada penderita TBC dapat dilakukan dengan beberapa kombinasi obat yang memang ditujukan untuk membasmi kuman. WHO merekomendasikan strategi pengobatan DOTS, yaitu penderita minum obat dengan diawasi pengawas menelan obat. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara peran pengawas menelan obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Tarogong Garut. Penelitian ini merupakan penelitian correlational research dengan pendekatan retrospektif dengan menggunakan uji chi square. Sampel yang digunakan terdiri dari 50 responden dengan menggunakan total sampling. Variabel independent dalam penelitian ini adalah peran pengawas menelan obat, sedangkan variabel dependentnya adalah keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis paru. PMO adalah mendukung yaitu sebanyak 27 responden (54,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 23 responden (46,0%). Responden yang berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak 38 responden (76,0%) dan hanya 12 responden (24,0%) yang tidak berhasil dalam pengobatan TB. Dengan uji statistik chi square menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Tarogong Garut (p: 0,008). Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Tarogong Garut. p value:0,008(p<0,05).
Kata kunci : Pengawas menelan obat, keberhasilan pengobatan, TB paru.
References
Almatsier. M. Idris F.2000 The Involment of the private Practioness an Tuberculosis Control Program Throught DOTS Strategy : A Discourse. Majalah Kesehatan. 50 : 497-498.
Bhisma murti. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Jogyakarta.
B.Y Yan..1992. Anti Tuberculosis Chemotherapy And It’s Rotation to Tuberculosis Control In China. Pros 12th. Asia Pasifik Congress an desease of the chest.. .
Dahlan Z.1997. Diagosa dann Penataksanaan Tberkulosis. Cermin Dunia Kedokteran., 115 : 8-12.
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Depkes.RI. 2003. Pedoman Penemuan dan Pengobatan Penderita TB Paru. Jakarta. Depkes.
Depkes RI. 2001. Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana Penanggulangan TBC di Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes.
Depkes RI. 2003. Pedoman Tuberkulosis Paru. Jakarta.
Dep Kes RI 2007. Pedoman Penyakit Tuberkulosis Dan Penanggulangannya. Jakarta. Depkes
Herdin Subuan, Nursalam. M. Panggabean. S.P. 2007. Gulton. Ilmu Penyakit Demam. Jakarta.
John Crofson. 2001. Norman Horne Fredmiller. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika. Jakarta.
Muharman Harun, Ella Sutiana. 2002. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika.. Jakarta
Nadesul, Hendrawan. 2006. Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan TB Paru. Jakarta : Puspas Swara.
Notoadmodjo, S.. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Wardoyo. 1997. Waspadai Ancaman Kesehatan Kita. Aneka Ilmu. Solo
Wukir Sari. Skripsi 2005. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap PMO Dengan Pencegahan Penyakit Tuberculosis Paru Di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang. UNIMUS. Semarang.